James Nachtwey, Menjadi Saksi






James Nachtwey adalah salah satu fotografer jurnalisme (perang) terbaik di dunia. Penerima World Press Photo Award di tahun 1994 ini telah berkelana keberbagai belahan dunia untuk menjadi saksi dari bermacam tragedi besar yang terjadi.

Dari pembantaian etnik di Rwanda, musibah kelaparan di Afrika, kejatuhan rezim Suharto di negeri kita sampai runtuhnya menara WTC di tahun 2001.

Dalam kata-katanya sendiri:

    I have been a witness, and these pictures are my testimony.
    The events I have recorded should not be forgotten and must not be repeated.

    "Saya telah menjadi saksi, dan foto-foto ini adalah kesaksian saya.
    Tragedi yang saya abadikan tidak boleh dilupakan dan tidak boleh terulang
"

Saat di Indonesia, selain meliput runtuhnya kejatuhan Suharto, Nachtwey juga menghabiskan waktu bersama satu keluarga miskin yang hidup di bantaran rel kereta api di Jakarta. Bapak dari keluarga ini telah kehilangan satu kaki dan satu tangan akibat kecelakaan kereta. Saat foto-foto liputannya tentang keluarga tadi dimuat di surat kabar internasional, bantuan mengalir dari berbagai pihak untuk keluarga malang tersebut sehingga akhirnya keluarga ini bisa hidup secara layak.




Dalam sebuah liputan di Somalia, dimana konflik antar suku pecah. Nachtwey menyaksikan bagaimana kelaparan dijadikan sebagai senjata pemusnah massal untuk mengalahkan suku yang berlawanan. Mereka menjarah ternak dan lahan pertanian musuhnya. Akibatnya ratusan ribu orang meninggal dunia dengan perlahan secara mengenaskan akibat kelaparan.




Setelah menyaksikan berbagai tragedi, muncul pertanyaan, apakah yang dirasakan Nachtwey, adakah pertentangan batin berkecamuk dalam dirinya? Dia mengaku, sangat sulit untuk tidak merasa frustasi dan marah melihat dan melalui semuanya. Namun tanggung jawabnya sebagai seorang jurnalis menguatkan hatinya. Dalam kata-katanya sendiri:

    One of the things I had to learn as a journalist was what to do with my anger.
    I had to use it, channel its energy, turn it into something that would clarify my vision,   instead of clouding it.

"Salah satu yang harus saya pelajari sebagai seorang jurnalis adalah apa yang yang harus saya lakukan dengan perasaan marah yang muncul dalam diri saya. Saya harus memanfaatkannya, menyalurkan energinya supaya bisa memperjelas visi saya dan bukannya memperkeruhnya"

Dalam kutipan lainnya, Nachtwey berkata:

    Every minute I was there, I wanted to flee.
    I did not want to see this.
    Would I cut and run, or would I deal with
    the responsibility of being there with a camera


    Setiap menit saya berada disana, saya ingin berlari.
    Saya tidak ingin menyaksikan (tragedi) ini.
    Haruskah saya berhenti lalu berlari, atau haruskah saya meneruskan
    tanggung jawab saya untuk tetap disini mengabadikannya dengan kamera saya
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hal Unik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger